Minggu, 05 Januari 2014

maaf

Kenapa kamu diam? kita bisa ngomongin ini baik-baik. Aku tidak suka dengan diammu, karena aku tidak pernah bisa bertahan ketika kamu diam. Pliss, katakanlah :( apa aku tidak pantas untuk menerima kata maaf dari kamu? apa kesalahanku tidak bisa dimaafkan lagi sehingga kamu memilih diam? aku sayangg kamu, aku tau aku salah. Aku memutuskan untuk pergi bersama mereka, padahal kamu juga membutuhkanku, aku tau aku salah, maaf kan aku darl, maaf :"



-mey-

Sabtu, 04 Januari 2014

Sekilas tentang Kikin



Sosok itu, sosok itu, sosok yang pernah kutemui sebelumnya. Lelaki tinggi berkulit putih yang tiba-tiba mengalihkan perhatianku, pengalihkan pandanganku dari ramenya seminar yang aku ikuti siang ini. Dia, dia berdiri didepan sebuah pintu, berbaju putih yang membuatnya kelihatan bercahaya diantara berpuluh-puluh orang yang hadir. Aku mulai mencari informasi tentangnya, siapa dia, dimana rumahnya, nomor hpnya dan aku ingin segera berkenalan dengannya.  Namanya Muttakin, anak semester tiga Pendidikan Agama Islam di salah satu Universitas Islam di Yogyakarta, begitulah informasi sementara yang aku dapatkan.
                                                ѥ ѥ ѥ
Pagi ini, aku akan mengikuti seminar tentang kesenian Islam. Bergegas aku mandi dan persiapan untuk berangkat bersama Emi. “mi, sudah siap belum? Ayolah keburu terlambat” kataku sambil memanasi si putih, motor kesayanganku. “Iya, ha. Tunggu bentar lah” dia berlari menghampiriku. Kami langsung berangkat ke TKP yaitu sebuah rumah makan kecil di pinggir jalan, yang pagi ini menurutku jalannya sangat ramai. “Eh ada ziah di sini, Em” sambil menunjuk sesosok wanita yang menyambut orang-orang yang hadir. “oh iya” berbisik lirih. “Assalamu’alaikum Zi” menjabat tangannya. “Wa’alaikum salam Leha, Emi, yuk langsung saja duduk disana. Ada mas Akin juga loh” tersenyum membisikkannya ke telingaku. Tertegun aku mendengarnya, dagdigdug hatiku melihat wajahnya. Dia berada di atas sebuah panggung kecil dan menyanyikan sebuah lagu yang wauw banget. Perlahan aku duduk bersama Emi sambil mengikuti senandung lagu yang dinyanyikan. Tiba-tiba handphoneku berdering tertulis nama “Bunda”, “Assalamu’alaikum bun, ada apa?”. “Bunda sudah di Asrama nduk, cepat pulang ya!”. Bergegas aku balik ke asrama bersama Emi, Baru saja ngobrol sebentar bersama bunda, Ziah sms kalau mas Akin, ngisi acara di ruang seminar. Dan tanpa pikir panjang aku langsung balik untuk menyaksikan penampilan mas Akin.
Duduk disini bersama berpuluh-puluh orang yang hadir, membuatku jenuh. Sesekali aku mencoba memandangnya. Memandang kosongnya tatapan mas Akin, melihat apa yang sedang dia lakukan, tersenyum geli melihat tingkahnya yang sebenarnya biasa saja. Tapi menurutku diamnyalah yang membuatnya berbeda dari yang lainnya. Waktu terus berputar tak terasa waktu menunjukkan pukul 13.00, dan itu adalah saatnya aku harus berpisah. Rasanya ingin menghentikan waktu, biar aku selalu bisa memandang wajahnya. Sedih memang tapi mau bagaimana lagi, mungkin suatu saat nanti, aku akan dipertemukan dengannya lagi. Yaa “suatu saat nanti”, aku yakin itu.
                                                ѥ ѥ ѥ


Kamis, 02 Januari 2014

Bukan sebuah pembalasan

Karena salah satu sahabatku pernah bilang, bahwa "pada dasarnya wanita itu memang butuh perhatian lebih dari seorang lelaki, sedangkan lelaki kurang dalam memperhatikan pasangannya. dan ketika kita dihadapkan pada keaadaan yang demikian, maka yang harus kita lakukan bukanlah menuntut perhatian tersebut tetapi lebih pada kita yang harus pengertian dengan posisi tersebut", ahhh tidak taulah, kenapa sifat antara lelaki dan perempuan itu saling bertolak belakang, yang pasti tetep "kita harus saling mengerti satu sama lain".

Datang lagi sebuah masalah yang aku rasain dari beberapa hari yang lalu, yahhh sepele sih sebenarnya yaitu ditinggal sibuk kerja. walaupun hal tersebut sepele, cuman kalau dilakukan secara terus menerus, yang ada akunya dicuekin. ngasih kabar pun singkat singkat, pengen ngertiin "ahh iya dia kan lagi kerja", tapi disini yang ada malah gondok -_____- Kemudian aku memilih untuk membalasnya dengan singkat dan kalau belum disapa duluan belum akan menyapa dia, hingga pada suatu malam terjadi pertengkaran yang intinya, "dia protes dengan sikap yang aku lakukan", nhah itu yang sebenarnya aku inginkan, ingin dia merasakan "kalau dicuekin itu gimana rasanya", huftttt :"

#maklumLDR -mey-

Rabu, 01 Januari 2014

Dia

Dua puluh bulan kita bersama, banyak sekali kisah yang kita lewati bersama, yah bersama jarak tentunya. Aku tidak akan memaparkan banyak hal disini, tapi aku selalu saja gelisah dengan adanya dia. Yah dia, beberapa kali kamu bilang "dia bukan siapa siapa", beberapa kali juga kamubilang "aku tidak ada komunikasi sama dia", tapi aku masih saja gelisah, bukannya tidak percaya tapi aku takut rasa yang dulu pernah ada, hadir kembali saat kita bersama. Cuma itu, cuma itu yang aku takutkan, yahh takut kehilangan kamu, untuk kedua kalinya.

20 <3 -mey-